Pakaian Adat Bali Pria
Dalam penerapannya, para pria Bali juga kerap mengenakan baju tradisional ini dalam kegiatan keagamaan. Namun juga tidak menutup kemungkinan untuk dipakai dalam kegiatan sehari-hari.
Dan sebagaimana disebutkan di atas, pakaian adat Bali untuk pria terdiri dari beberapa bagian dari mulai atas kepala dan ke bawahnya.
Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas satu persatu tentang nama pakaian adat Bali yang biasa dipakai oleh pria.
Udeng – Ikat Kepala atau Penutup kepala pada baju tradisional Bali
Bahan pembentuknya sendiri adalah dari kain yang dijahit dan dibentuk sebagai penutup kepala khas tradisional Bali. Kerap digunakan para pria untuk melakukan ritual ibadah di Candi. Tapi sering pula kita temukan di luar kegiatan ibadah pun, para pria Bali tetap mengenakan udeng ini sebagai pelengkap pakaiannya. Dan itu sah-sah saja tentunya.
Namun tentu untuk dua fungsi penggunaan yang berbeda tersebut, juga biasanya digunakan jenis udeng yang berbeda. Artinya jika udeng untuk kegiatan upacara keagamaan, biasanya itu berwarna putih polos. Lain lagi dengan udeng untuk dipakai pada aktivitas keseharian, biasanya bermotif batik atau corak lainnya khas Bali.
Dilihat dari segi bentuknya yang unik, udeng ini juga punya filosofi pamakaian. Keberadaan simpul khas di bagian tengah penutup kepala ini mengkhiaskan keharusan pemakaiannya untuk senantiasa berpikir bersih dan tetap khusyuk saat melaksanakan upacara keagamaan maupun kegiatan sehari-hari.
Kamen – Kain bawahan pakaian
amen (semacam sarung) adalah kain tradisional berbentuk persegi yang bisa dipakai oleh pria dan wanita Bali. Terbuat dari kain tipis, yang kemudian dipakai dengan cara diikatkan atau dililitkan pada tubuh seseorang. Jadi fungsinya jelas yakni sebagai bawahan pengganti celana.
Ukurannya sendiri tidak jauh beda dengan kain sarung pada umumnya. Yakni dengan panjang sekitar 2 meter dan tinggi 1 meter.
Pemakaian kamen pada pria bisa dibilang sangat berbeda dengan kamen untuk wanita. Kain kamen untuk pria diikatkan secara melingkar di bagian pinggang dari kiri ke kanan. Dan dibentuk sedikit lipatan di bagian depannya dengan simpul tertentu.
Untuk penggunaannya, jarak kain kamen dengan telapak kaki yaitu sekitar satu jengkal. Kemudian lipatan pada bagian tengah sengaja dibuat lancip dengan ada sedikit bagian yang menjulur ke tanah. Hal tersebut sekaligus menyimbolkan sebuah penghormatan pada tanah leluhur masyarakat Bali.
Ikatan atau simpul pada pemakaian kamen menyimbolkan sebuah pengabdian atau Dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar